Sabtu, 09 Juli 2011
Kecil yg Kecil, Kecil yg Besar, Besar yg Kecil
KECIL YANG KECIL
Lelaki itu, duduk di sofa buluk sambil menonton televisi kecil dengan tak henti-hentinya mengepulkan asap dari mulut dan lubang hidungnya. Lalu lewatlah sang istri.
“Bu, aku tinggalin duit ya untuk makan siang.”, tegurnya, sambil tak lepas menatap televisi sambil memicingkan mata dan tetap menghisap rokoknya yang tinggal dua senti. Sang istri merogoh kedalam kresek biru putih yang dibawanya. Dikeluarkannya empat lembar seribuan.
“Cuma ada ini pak.”, lembaran lusuh itu, diletakkannya di meja.
“Hmm..”, lelaki itu melirik ke atas meja, lalu seolah tak acuh. Istrinya pun berlalu, khawatir terlambat menuju rumah makan tempat ia biasa membantu mencuci piring.
Sepasang mata milik seorang anak laki-laki, melihat kejadian itu dari kamarnya. Setelah kepergian ibunya, ia keluar dari kamar dan menatap bapaknya sambil berkata, “Bapak ini ndak kasihan ibu. Ibu kerja tiap hari, bapak Cuma duduk-duduk, tapi bapak aja yang paling sering pakai uang ibu.”, kata sang anak.
“Kamu ini tau apa. Sekarang ini susah nyari kerja. Mana ada lowongan buat bapak.”
“Gimana mau dapat kerja. Wong bapak ndak nyari.”
Tiba-tiba lelaki itu berdiri dan menampar anak lelakinya.
*Orang kecil.. hidup dalam ke-kecilan.. dengan jiwa yang kecil pula*
KECIL YANG BESAR
Dia masih menggelar dagangannya. Di sebuah taman kecil yang banyak pengunjung. Sesekali dikibaskannya tangan penuh kerutan bila ada lalat yang merubungi dagangannya.
Perempuan itu telah berjualan gado-gado selama tiga bulan. Sepekan pertama, banyak sekali pembelinya. Semua makan gado-gado buatannya dengan nikmat. Hingga ia merasa yakin, gado-gadonya tentu enak. Itu berlangsung hanya sampai bulan pertama.
Namun, meskipun setiap hari, yang membeli gado-gadonya hanya 3 atau 4 orang. Perempuan itu tetap saja berjualan. Sudah empat hari ini, tiada yang membeli gado-gado jualannya. Namun, ditunggunya dengan sabar.
“Saya beli gado-gadonya bu.”, seorang pemuda menunjuk dagangannya. Senyum perempuan itu mengembang.
“Tunggu sebentar ya mas.”, dengan sigap ia mulai menyiapkan pesanan pembelinya dengan sungguh-sungguh. Beberapa menit kemudian, ia menyerahkan sepincuk gado-gado pada pemesannya.
Baru dua suap, pemuda itu berhenti memakan gado-gadonya. Lalu mendekati perempuan penjualnya. “Bu.. saya pesan gado-gado. Ini bukan gado-gado”, kata sang pemuda sambil menyerahkan sisa gado-gadonya. Lalu ia pergi. Perempuan itu menatap kepergian sang pemuda. Kemudian ia menyendok gado sisa pemuda itu.
Esoknya, perempuan itu kembali berjualan. Beberapa pembeli sedang menikmati gado-gadonya. Ketika sedang melayani para pembelinya. Perempuan itu melihat pemuda kemarin, yang tidak memakan gado-gadonya. “Mas, sini. Tak kasih gado-gado gratis.”, perempuan itu menyerahkan sebuah bungkusan. Pemuda itu menatapnya. “Beneran mas, ini bener-bener gado-gado.”, sambil ia menunjuk ke tempat jualannya. Di sana ada sebuah plang kecil, bertuliskan, ‘JUAL GADO-GADO ASLI, PAKAI PETIS’. Ia beralih menepuk bahu sang pemuda. “Makasih banyak ya, mas.”
*Orang kecil.. Hidup dalam ke-kecil-an.. namun, berjiwa besar*
BESAR YANG KECIL
Hari itu.. di hall besar di istana hutan. Telah hadir seekor rajawali terkenal. Ia menjadi pembicara dalam seminar para burung itu.
Sang rajawali mengungkapkan semua hal yang diketahuinya tentang dunia ‘burung’. Pendapatnya selama ini, memang menjadi kontroversi. Dalam sebuah statement-nya sang rajawali pernah mengatakan, bahwa ‘Burung jantan.. boleh kawin dengan burung jantan lainnya.’
Dalam seminar itu, seekor burung pipit kecil mengkritik Rajawali dengan banyak pertanyaan dan pernyataan. Hingga sang Rajawali kewalahan menanggapi kritikannya. Namun, pipit kecil itu, terus saja mengkritik sang rajawali. Akhirnya, sang rajawali merentangkan sayapnya. “Kamu Cuma pipit kecil. Tau apa kamu tentang dunia burung. Hati-hati dengan ucapanmu ya. Aku bisa melaporkan kamu, karena telah melecehkan aku.”, katanya.
Sang pipit berkata, “Teman-teman, lihatlah Rajawali penuh kontroversi ini. Ia ini keturunan Cucak Rowo. Makanya pikirannya kayak Cucak Rowo itu.”
Hal itu membuat rajawali makin berang, dan terus menerus menyebutkan ancamannya.
*Orang besar.. Memiliki hidup yang besar.. Namun, berjiwa kecil*
Semoga dengan membaca ketiganya, kita bisa temukan, siapa termasuk dari orang-orang BESAR YANG BESAR.
Orang besar bukan sekedar sebuah nama, gelar atau hal
prestise lainnya. Namun, besarnya jiwa tak semudah memiliki besarnya kekayaan. Karena kebenaran, hanya menempati hati-hati yang lapang. Wallaahua’lam
~*~*~*~*~
Semoga jiwa besar itu.. melekat pada diri kita.. Amiin
Langganan:
Postingan (Atom)