Minggu, 16 Januari 2011
Maafkan Ayah, Nak…
Bismillahirrahmanirrahim..
Kemiskinan memang membawa kami pada jalan yang harus di tempuh panjang. Anak perempuanku satu-satunya yang di tinggalkan ibu nya meninggal saat melahirkannya kini berumur 6 tahun. Putri cantikku selalu ceria meskipun aku tak mampu membiayainya untuk sekolah.
Rumah yang bisa di bilang kurang dari layak,mampu membuat putriku selalu tersenyum. Meskipun aku tau,aku tak mampu membuatnya bahagia. Anak sekecil itu terbebani dengan urusan rumah tangga. Tapi aku tak pernah mendengarnya mengeluh.
Namun saat itu lah semua terjadi. Hal yang membuatku tak berdaya,benci pada diri sendri.
Sepulang kerja sebagai buruh bangunan,aku merasakan lelah luar biasa. Aku ingin segera sampai di rumah. Tiba di rumah aku melihat semua barang berserakan di mana-mana. Panci,piring-piring yang belum di cuci. Semuanya berantakan. Aku marah sejadi-jadinya.
“ Apa yang kau kerjakan seharian??,rumah seperti kapal pecah. Ayah ini sudah lelah seharian,kamu tega bapak di suruh kerja lagi membereskan rumah ini” kataku
“ Tapi yah,aku..” katanya belum selesai bicara sudah aku potong.
“ Aaahh..kamu keterlaluan. Bereskan rumah ini cepat. Ayah gak mau liat rumah seperti ini “ kataku seraya melangkah pergi meninggalkannya sendiri.
Aku akan tidur di warungnya Pak Dadang saja,aku malas tidur dengan keadaan berantakkan seperti itu.
Hujan begitu lebat di luar sana,aku pun tak memikirkan putri ku lagi. Aku tertidur pulas karna rasa lelah yang begitu ku rasa.
Begitu lelapnya aku tidur,aku tak sadar matahari telah bersinar. Aku pun bergegas menuju rumah. Aku takut terlambat kerja,bisa tidak makan hari ini kalo terlambat kerja.
Aku terheran-heran,melihat rumah dalam keadaan kosong. Kemana anak itu pergi pagi-pagi seperti ini,mana rumah tidak di kunci. Meskipun tak ada barang berharga,tak menutup kemungkinan ada orang yang masuk.
Amarahku kembali tersulut. Aku mencari-cari putriku. Memanggil-manggil namanya. Namun tak ku temukan juga.
“ Bang,anakmu ada di sini “ aku menengok ke arah suara itu. Tetanggaku.
“ Ngapain anakku di rumah mu mba “
“ Lihat sendiri “ ada nada marah di suara tetanggaku ini. Aku pun mengerenyitkan dahi.
Aku melihat putriku terbaring di tempat tidur tetanggaku. Di lapisi selimut tebal . Wajahnya pucat.
“ Ada apa ini mba “ aku pun menghampiri putriku dengan kecemasan yang memuncak. Aku pegang keningnya. Panas.
Aku pegang telapak kakinya. Sangat dingin. Ada apa ini.
Tetanggaku menyerahkan selembar kertas kepadaku.Dan 4 buah donat basah.
Aku tak mengerti,anakku tak bisa menulis. Tak perlu di komando tetanggaku seperti bisa membaca pikiranku.
“ Bacalah,anakku yang menuliskannya atas permintaan anakmu “
Aku pun bergegas membacanya.
SELAMAT ULANG TAHUN AYAH..AKU BUATKAN DONAT INI KHUSUS BUAT AYAH..AYAH TELAH MEMBAHAGIAKANKU SELAMA INI,KALI INI AKU YANG AKAN MEMBAHAGIAKAN AYAH..
Aku pun menitikkan air mata. Aku tertegun dengan apa yang ku baca. Kemarin memang ulang tahunku. Lalu ada apa ini.Dari mana dia mendapatkan uang untuk membuat donat. Aku menatap tetanggaku.
“ Dari pagi anakmu sibuk menyiapkan donat ini untukmu,dia bertanya resep kepadaku. Waktu aku tanya dapat uang dari mana,dia bilang menyisihkan uang yang abang kasih. Terus waktu aku mau membantunya membuat donat,dia tidak mau. Cuma dia minta pada anakku untuk menulis surat itu “ kata tetanggaku. Jadi rumah yang berantakan gara-gara dia mau menyenangkanku.
“ Lantas anakku kenapa bisa begini “
“Kemarin malam saat hujan deras,dia menunggumu di kursi kayu didepan rumahmu. Saat aku suruh masuk,dia bilang dia ingin menunggumu,karna kamu sedang marah padanya. Tadi pagi aku melihatnya sedang tertidur,aku mencoba bangunkan dia,namun dia sudah seperti ini “
Di tanah merah ini saksi tangisku atas penyesalan kejadian kemarin. Aku harus kehilangan putri kecilku satu-satunya. Untuk menyenangkanku,dia berusaha keras,namun aku tak melihat usahanya. Yang ku pandang hanya perabotan yang berantakan. Sesal selalu datang terlambat.
“ Maafkan Ayah,nak..!!! “ tangis ini tak mampu ku hentikan.
=======================================
Kita selalu menilai sesuatu dengan tergesa-gesa. Kita sering memvonis atau menghakimi seseorang tanpa tahu sebabnya dan kebenaranya hanya karena tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. So sahabat..dalam kondisi seperti apapun,dahulukan khusnudzon dan tabayyun.
Wallahu’alam bi Shawwab..
Sumber : tadzkirah.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar